SMA Adhi Luhur Nabire: “Sekolah
Selayaknya Menjadi Arena Penanaman Kejujuran”
Kolese
Le Cocq d’Armanville, SMA Adhi Luhur Nabire menggelar kegiatan Ajang
Kreativitas Adhi Luhur (Akal) 2008, Jumat (24/10) di kompleks SMA YPPK Adhi
Luhur Nabire Papua. Kegiatan Akal bertema “Kejujuran dalam Dunia Pendidikan”
itu diawali pukul 17.00 WIT dan berakhir pukul 21.00 WIT.
Menurut
moderator SMA Adhi Luhur, Pastor Odemus Bei Witono, S.J., bulan ini (Oktober:red)
Adhi Luhur mengadakan dua kegiatan dengan satu tema, yakni “Kejujuran dalam
Dunia Pendidikan”. Kegiatan pertama “Lomba Mengarang Tingkat Pelajar SLTP dan
SLTA se-Kabupaten Nabire” dan kegiatan kedua Akal 2008. Kegiatan Akal merupakan
ruang bagi siswa SMA Adhi Luhur untuk membina dan meningkatkan kreativitas.
Harapannya, agar siswa dapat menemukan bakat dan minat dalam berbagai hal.
Sementara lomba mengarang diadakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda
28 Oktober 2008, sekaligus memaknai Bulan Bahasa.
isi
lain, dua kegiatan ini bertujuan membina kemampuan berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Harapannya adalah agar kaum muda Papua kelak dapat berbicara
dalam forum yang lebih luas lingkupnya.
“Kegiatan
lomba mengarang dan Akal 2008 bertema “kejujuran” karena pengeroposan kejujuran
terus terjadi. Sekolah yang selayaknya menjadi arena penanaman kejujuran, ikut
terlibat dalam pengeroposan itu. Padahal, salah satu hal yang amat penting
dalam kehidupan adalah kejujuran,”kata pastor yang sering disapa Romo Bei itu.
Lebih
lanjut dalam panduan kegiatan menjelaskan, melalui kegiatan ini ingin
menumbuhkembangkan nilai-nilai kejujuran di sekolah sekaligus melatih
mengungkapkan gagasan dengan bahasa yang baik dan benar. Juga, ingin melatih
dan menumbuhkembangkan keterampilan menulis.
Kegiatan
Akal 2008 diawali dengan beberapa lagu dari para siswa dan disusul dengan
sebuah drama dari kelas X Roberth Hook yang mengisahkan tentang perselingkuhan
muda-mudi. Diselingi dengan beberapa lagu dari kelas XII IPS dengan menggunakan
alat musik botol bekas. Selanjutnya, kelas X Maestro Alcimbalo membawakan
sebuah drama bertemakan lingkungan hidup (hutan).
Drama
ini memperlihatkan bagaimana hubungan ketergantungan manusia dan makluk hidup
lainnya pada lingkungan (hutan). Hal ini diperlihatkan melalui salah satu
adegan, seorang siswa datang dan menebang pohon secara merata. Burung-burung
dan habitat lainnya mati karena tidak ada tempat berlindung. Termasuk manusia
juga akhirnya mati karena sumber kehidupan mereka telah ditebas habis.
Setelah diselingi dengan beberapa lagu,
dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul “Hargai Aku” oleh Regina
Edowai, siswi kelas X Roberth Hook. Puisi yang dibuat sendiri itu, mengisahkan
tentang kegelisahan pribadinya atas situasi pendidikan di Nabire dan umumnya di
tanah Papua. Puisi ini menjadi puncak tangisan atas carut-marutnya dunia
pendidikan, “aku menjadi runyam di negeri ini”.
“Saya membuat puisi ini dalam keadaan batin yang
gelisah dengan keadaan pendidikan di Nabire. Saya melihat, sekolah-sekolah
meluluskan siswa dengan cara yang tidak benar. Saya juga lihat banyak terjadi
jual beli ijazah. Ada juga jual beli nilai. Seakan anak-anak muda Papua itu
tidak ada harga. Pokoknya, saya gelisah dengan kehidupan ini. Keadaan ini tidak
mendidik,” kata Regina.
Regina menambahkan, nilai dan ijazah itu penting
tetapi yang terpenting adalah keterampilan, kemampuan, kepeduliaan terhadap
sesama dan hati nurani. “Kita punya nilai tinggi dan punya ijazah tetapi kalau
tidak bisa berbuat apa-apa, ya sama saja. Juga, menurut pastor-pastor, kita
belajar itu bukan hanya untuk menjadi pintar tetapi juga supaya kita memunyai
kepekaan sosial (peduli dengan sesama),” jelasnya.
Kegiatan ini menjadi menarik karena panitia
menayangkan beberapa potongan berita dari berbagai media elektronik (televisi)
tentang kecurangan Ujian Nasional (UN) pada 2008 sebelum masuk pada acara
puncak. Penayangan berita itu bertujuan mengajak penonton untuk melihat kembali
bagaimana carut-marut (pembocoran kunci jawaban) pelaksaan UN pada tahun 2008.
Obor-obor yang mengelilingi panggung dan tenda
undangan mulai dinyalakan. Suasana hening, lampu panggung dimatikan, bertanda
drama pertarungan roh baik dan roh jahat dalam dunia pendidikan dimulai. Drama
bertema, “Kejujuran dalam Dunia Pendidikan” ini intinya memperlihatkan cara
kerja roh baik dan roh jahat dalam dunia pendidikan di tanah Papua.
Drama ini bercerita, betapa roh jahat itu merasuk
dalam dunia pendidikan (sekolah) sehingga para pengelola pendidikan tidak
peduli dengan perbaikan pembelajaran termasuk fasilitas tetapi lebih peduli
bagaimana cara meluluskan siswa pada UN.
Ketua panitia Akal 2008, Agustinus Suhadi
Gauelaman dan sekretaris panitia, Fransiska Tri Ratna Sari mengatakan, panitia
merasa senang karena acara Akal dapat berjalan dengan lancar. “Saya merasa
senang dan puas karena orang tua siswa dan para undangan mengikuti acara kami
sampai pulang. Saya secara pribadi bangga menjadi siswa Adhi Luhur,” kata
Siska.